Sebelum mengenal aksara
Latin, masyarakat Indonesia terlebih dahulu mengenal aksara Arab (Al-Aḥruf al-Hijāiyya).
Penyebabnya adalah sebelum kedatangan bangsa Portugis, Inggris dan Belanda,
orang Arab (sebagian orang mengatakan orang India) telah lama datang ke
kepulauan Nusantara untuk menyebarkan agama Islam.
Tentu saja kita tidak bisa mengatakan bahwa huruf
Hijaiyah merupakan huruf asli Indonesia. Masyarakat Indonesia jauh sebelum
kedatangan Islam di Nusantara telah mengenal aksara lokal. Masyarakat Jawa
telah mengenal aksara Jawa. Aksara ini memiliki empat fase perkembangan, aksara
Jawa-Hindu, aksara Jawa Islam, Aksara Jawa Kolonial dan aksara Jawa Modern.
Meskipun masyarakat Jawa sebagian telah memeluk agama Islam, aksara Jawa
ternyata masih dipergunakan untuk menulis manuskrip, terutama di wilayah Solo
atau di Yogyakarta.
Masyarakat Bugis-Makassar juga mengenal aksara Lontara
sejak abad ke-17. Aksara ini juga masih dipergunakan untuk menulis manuskrip
Islam meskipun mereka telah mengenal aksara Arab. Di salah satu naskah Al-Qur’an yang dikoleksi oleh
Universitas Leiden, aksara Lonta dipergunakan untuk menterjemahkan Al-Qur’an.
Konversi
budaya memang tidak semudah konversi agama. Oleh sebab itu, mengarabkan
masyarakat Jawa jauh lebih susah daripada mengislamkan mereka. Sinkretisme adalah
fakta teologis proses konversi budaya yang belum tuntas dalam Islamisasi
masyarakat Jawa. Huruf Pegon atau Pego juga bisa diibaratkan seperti itu.
Sebagian masyarakat masih sulit mengucapkan fā’ karena sudah terbiasa
mengucapkan p. Mereka juga sangat sulit mengucapkan ‘ain, karena
terbiasa mengucapkan ngo, oleh sebab itu mereka menyebutnya ngain. Kesulitan
sebagian masyarakat Jawa untuk mengucapkan aksara asing tentu saja tidak bisa
dianggap sebagai minimnya kadar keIslaman seseorang tetapi hanya salah satu
bukti konversi peradaban dalam hal ini adalah berbahasa. Jenis aksara Arab lain
yang diadaptasi masyarakat Islam Indonesia adalah aksara Jawi. Kalau Pegon
dipergunakan untuk menulis bahasa non Jawa, maka aksara Jawi dipergunakan untuk
menulis bahasa non Jawa.
Ketika
masyarakat Jawa dikenalkan bahwa kitab sucinya ditulis dengan aksara Arab, maka
mau tidak mau mereka harus mengerti bagaimana cara membaca (plus menulis)
dengan benar. Tetapi orang Jawa tetaplah
orang Jawa, maka mereka mengadaptasi aksara asing tersebut untuk menuliskan
kebiasaan. Aksara Arab yang telah diadaptas untuk menuliskan bahasa Jawa di
sebut Pego atau Pegon. Di dalam sejarah perkembangan aksara Jawa,
inilah yang dikenal dengan aksara Jawa Islam. Di Manuskrip Islam Pesantren di Jawa, aksara
Pegon seringkali dipergunakan untuk menulis jenggotan yang memberi terjemahan
bahasa Jawa atas naskah berbahasa Arab yang dianggap sulit. Aksara Pegon juga
dipergunakan untuk menulis naskah Tasawuf yang ditulis oleh ulama Jawa. Oleh
sebab itu kita perlu mempertanyakan difinisi ”buta huruf”, sebab sebagian
masyarakat muslim di Indonesia yang tidak membaca aksara Latin yang dianggap
sebagai aksara Kafir, ternyata sangat mahir menulis aksara pegon.
Dalam
manuskrip Islam tidak terdapat standar penulisan aksara pegon. Masing masing
wilayah dan periode tertentu memiliki cara yang berbeda untu menulis pegon.
Bahkan varian penulisan aksara pegon berbeda atar penyalin satu dengan penyalin
yang lain. Satu sisi
ini tentu menyulitkan bagi mereka yang ingin menyeragamkan tulisan pegon. Tapi
di sisi lain, ini adalah sudut menarik sebagai objek penelitian perkembangan
penulisan aksara pegon.
Meskipun
demikian bukan berarti upaya sistematisasi penulisan aksara pegon tidak pernah
dilakukan. Upaya
fontasi pegon secara kreatif dilakukan Alif Juman seorang santri pondok
pesantren Mlangi Yogyakarta. Menariknya upaya yang dilakukan Alif menjadikan
penulisan pegon menjadi sangat mudah. Sebab kita tidak perlu membutuhkan
keyboard Arab. Cukup menulis dengan keyboard latin, dengan sistem fontassi
pegon, output tulisan di komputer menjadi aksara pegon. Alif Juman dapat
dihubungi di alifjuman@yahoo.com
Selanjutnya
bagian tulisan ini akan saya tulis dengan sistem fontasi yang dibuat Alif
Juman. Fiontasi yang dia susun adalah
Arab Pegon Pesantren.
چارا ينستالاسي فونتاسي اراب ڤڬون ڤسانترن
١.انستال فونت اراب
ڤڬون يانڬ ادا ڤادا فولدر فونت دي چونترول.
٢.جالانكان
فاسيليتاس ست اوف اونتوك منجالانكان سيستم فونتاسي اراف ڤڬون
٣.ڤيليهلاه فونت
اراب ڤڬون ڤسانترن بسار ٢٢ اتاو لبيه
٤. ڤاستيكان كيبوارد يانڬ ديورڬوناكن ادالاه ارابيچ
اومان
٥. لالو چيبلاه اوتوك منوليس "ڤاچيتان"
ماكا برهاسيللاه ينستالاسي سيستم فونتاسي اراب ڤڬون.
Bagi yang
tertarik dengan system fontasi aksara pegon bisa mengunduhnya di http://www.4shared.com/rar/zGLvGaps/pegon.html
dan mencoba untuk menjelajahi masa lampau.